Perkembangan Peternakan Sapi Potong di Indonesia
Penulis: Rio Dwisandy Studio
Produk oleh Favorite Meat Processing - Bali![]() |
(Foto oleh Rio Dwisandy Studio) |
Industri peternakan sapi potong sebagai suatu kegiatan agribisnis mempunyai cakupan yang sangat luas. Rantai kegiatan tidak terbatas pada kegiatan produksi dalam industri itu sendiri tetapi juga sampai kegiatan bisnis lainnya dan semua kegiatan bisnis pendukungnya. Kita ingin mempunyai suatu industri peternakan sapi potong yang tangguh dalam arti sebagai suatu industri peternakan yang mempunyai daya saing yang tinggi dan mampu secara mandiri terus tumbuh berkembang di era persaingan dalam ekonomi pasar yang global.
Sebelum tahun 1980-an, usaha peternakan sapi potong di
Indonesia dapat dikatakan sebagai suatu usaha dengan pendekatan usaha tani dan
bersifat tradisional. Pemeliharaan sapi oleh para petani umumnya dalam jumlah
yang relatif kecil dan merupakan backyard farming (teknik
beternak dengan memanfaatkan halaman belakang rumah). Ternak sapi di fungsikan
sebagai tabungan. Di beberapa daerah seperti di NTT dan NTB dimana terdapat
padang rumput tingkat pemilikan mungkin lebih besar, tetapi cara pengelolaan
pun masih tradisional.
Program yang dikembangkan oleh instansi teknis umumnya
terbatas dengan peningkatan kualitas genetis melalui program IB atau penyebaran
bibit sapi lokal ataupun impor ke daerah transmigrasi. Kalau pun ada investasi
dalam usaha sapi potong, pada saat itu masih terbatas dalam breeding(pengembakbiakkan)
dan dikelola oleh badan usaha milik negara. Dengan perkataan lain, usaha
peternakan masih terfokus di segmen hulu dan masih dalam skala yang sangat
kecil.
Mulai awal tahun 1980-an, mulai ada titik perkembangan
bangkitnya industri peternakan sapi potong. Pengertian industri disini adalah
suatu rangkaian kegiatan usaha yang ditangani dengan pendekatan azas efisiensi,
penggunaan managerial skill, dan dilandasi dengan kaidah-kaidah ekonomi.
Berlokasi di Jawa Barat, meskipun masih di tingkat hulu industri sapi potong
dimulai dengan adanya inovasi baru untuk melakukan penggemukan sapi dengan pola
pemeliharaan yang sangat intensif, berskala besar, dan dalam waktu tertentu
yang relatif singkat (2–3 bulan), dan padat modal.
Bibit sapi yang digunakan adalah sapi-sapi muda jantan
yang dalam kondisi fase pertumbuhan dengan perhitungan dapat diperoleh
pertambahan berat yang maksimum dan efisien. Dengan adanya feedlot(Teknik
pemberian pakan untuk hasil sapi potong yang maksimal) seperti ini, bayangan
bahwa usaha peternakan sapi potong hanya sebagai usaha tani dan backyard
farming mulai dapat dihapus dan beralih sebagai suatu lapangan bisnis
yang padat modal.
Dalam perjalanannya rintisan usaha feedlot oleh
perusahaan semi-swasta yang dikembangkan dengan kapasitas keluaran sekitar 8000
ekor per tahun tidak dapat berjalan dengan mulus karena tidak mudah untuk
memperoleh sapi bakalan dari dalam negeri. Bertolak dari kesulitan inilah
sebagai awal mulai digunakannya sapi bakalan dari Australia dimana dengan mudah
dapat diperoleh dalam jumlah yang besar dan dengan harga yang relatif setara
dengan harga sapi bakalan dari dalam negeri.
Booming usaha feedlot telah mampu
merangsang para investor untuk terjun di bisnis penggemukan sapi potong.
Mulailah tumbuh di Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah serta beberapa propinsi
lain. Pada akhir tahun 80-an merupakan era dimana usaha penggemukan sapi tumbuh
dan berkembang dengan pesat. Pasar daging di dalam negeri telah yang sebelumnya
utamanya dipasok daging yang bersumber dari sapi lokal karya para petani kecil,
telah bergeser ditambah sapi hasil penggemukan dengan bakalan impor, dan daging
impor.
Seperti halnya dengan industri ataupun usaha lain yang
bergantung pasokan bahan baku dari impor, pada saat terjadi krisis moneter yang
dimulai akhir 1997, usaha feedlot juga mengalami goncangan.
Tercatat sekitar 50 investor yang ikut meramaikan industri penggemukan sapi
potong harus menghadapi badai krisis. Nilai tukar dollar yang melonjak dengan
sangat drastis dan kondisi perekonomian dalam negeri yang berantakan
menyebabkan para investor harus tiarap. Bahkan lebih dari itu, sebagian besar
investor harus menanggung kerugian yang sangat besar.
Baru setelah memasuki tahun 2001 terdapat beberapa
pengusaha penggemukan sapi potong yang mulai bangkit lagi, dan pada tahun 2003
diperoleh suatu kondisi yang sama dengan sebelum krisis. Ini dapat diindikasi
dengan mulai masuknya sapi bakalan impor. Saat ini dikatakan kondisi
bisnis feedlot sudah kembali seperti sebelum krisis yang
ditandai dengan kesamaan volume sapi bakalan yang diimpor.
Dari data yang ada, impor sapi bakalan dari Australia di
tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 rata-rata sekitar 325.000 - 375.000 ekor.
Pada tahun 2006 dan 2007 terjadi lonjakan kenaikan jumlah impor sapi bakalan.
Data terakhir dari Departemen Pertanian di tahun 2007 telah diimpor sapi
bakalan sejumlah 496.000 ekori. Impor daging (baik frozen maupun chilled)
juga menunjukkan kenaikan yang konsisten dari tahun ke tahun. Tercatat
berdasarkan data Departemen Pertanian di tahun 2007, telah diimpor daging dan
jeroan sejumlah 64.000 Ton. Diperkirakan dari jumlah tersebut sekitar 60–70%
adalah jeroan (offal).
Sampai sejauh ini sebagian besar pengusaha feedlot masih
terbatas memasarkan hasil penggemukan dalam bentuk sapi hidup. Hanya beberapa
buah pengusaha yang telah merintis mengembangkan usaha sampai dengan pemasaran
dalam produk daging segar ataupun produk turunan daging lainnya. Sebagian
terbesar sapi yang dipotong masuk ke wet market di pasar-pasar
tradisionil dimana aspek kualitas masih belum mendapat perhatian yang
sepenuhnya. Dapat dikatakan bahwa jaringan pemasaran yang tangguh dan ideal
untuk memasarkan komoditas dalam peternakan sapi potong belum terwujud baik
dari segi pelaku bisnis yang terlibat ataupun konsumen sendiri.
Permasalahan
dalam industri sapi potong
![]() |
(Foto oleh Rio Dwisandy Studio) |
Permasalahan dalam industri sapi potong Terdapat beberapa permasalahan ataupun kendala untuk membangun industri peternakan sapi potong yang tangguh di tanah air, antara lain :
Terdapat beberapa permasalahan ataupun kendala untuk
membangun industri peternakan sapi potong yang tangguh di tanah air, antara
lain :
Pertama, sampai saat ini dapat diindikasi bahwa industri
hulu yang ada di tanah air sama sekali sangat lemah. Besar dan kecenderungan
meningkatnya jumlah sapi bakalan dan juga volume daging sapi yang diimpor
merupakan indikasi bahwa sumber sapi dalam negeri tidak mampu memenuhi
kebutuhan daging dalam negeri.
Hal ini disebabkan oleh produktivitas dan populasi yang rendah. Umumnya, usaha peternakan di Indonesia dilaksanakan sebagai usaha
sambilan, disamping usaha pertanian lainnya seperti menanam padi di
sawah. Akbatnya, alokasi tenaga dan pikiran lebih banyak diarahkan pada
usaha pokok daripada usaha sampingan. Sapi-sapi tersebut umumnya
dipelihara sebagai tabungan yang akan dijual sewaktu-waktu ketika peternak
membutuhkan uang secara mendadak. Akibatnya, sapi dijual dengan harga
rendah karena waktu penjualan nya tidak direncanakan terlebih dahulu.
Di beberapa Negara maju, pemeliharaan sapi sudah
diklasifikasikan dalam dua tujuan utama, yaitu sebagai ternak potong dan
ternak perah. Di Indonesia, hanya pemeliharaan ternak perah yang sudah
demikian jelas. Sementara itu, peternakan sapi potong biasanya masih
dicampuradukkan dengan penggunaan sapi sebagai ternak pekerja. Akibatnya,
sapi-sapi dijual untuk dipotong pada umur-umur yang relatif tua karena
tenaganya dibutuhkan untuk berbagai keperluan. Bila sejak awal
pemeliharaan sudah ditetapkan sebagai ternak potong, sapi tidak perlu
dipelihara selama bertahun-tahun yang membutuhkan biaya pemeliharaan besar.
populasi ternak sapi di Indonesia cenderung
statis, Padahal kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat
seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat dan tingkat
pendapatannya. Akibatnya, sampai saat ini kebutuhan daging di dalam
negeri masih harus dicukupi oleh pasokan dari luar negeri. Statistik
menunjukkan bahwa jumlah total populasi sapi lokal di Indonesia tidak pernah
menembus angka 10 juta ekor. Hal ini bertolak belakang dengan negara
tetangga, Australia, yang populasinya di atas 28 juta ekor (data tahun
2003). Australia memang dikenal sebagai negara yang lebih banyak sapinya
dibandingkan dengan jumlah penduduknya.
Rendahnya populasi ternak sapi merupakan akibat
dari rendahnya produktivitas sapi tersebut. Tidak teraturnya program
perkawinan, kurangnya perhatian pada metode pemberian pakan, pemotongannya yang
dilaksanakan tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke
wilayah lain yang tidak terkontrol merupakan beberapa penyebab rendahnya
populasi sapi potong yang bisa diidentifikasi.
Kedua, karena populasi sapi sulit diindentifikasi maka
saat ini kita tidak memiliki data riil tentang populasi sapi di tanah air kita.
Ada keraguan bahwa angka populasi yang ada saat ini lebih tinggi dari realitas.
Ini yang sering menyebabkan bias dalam proses pengambilan kebijakan oleh
berbagai pihak.
Ketiga, Pasokan sapi bakalan tidak stabil
dikarenakan secara umum, para peternak memperoleh sapi bakalan dari
pasar-pasar tradisional di beberapa daerah. Pada waktu-waktu tertentu
terjadi kelebihan pasokan sapi bakalan, tetapi pada waktu lainnya justru
terjadi kekurangan pasokan yang disebabkan oleh berbagai kegiatan yang
berlangsung secara musiman, misalnya hari-hari besar keagamaan ataupun upacara
adat. Pada bulan-bulan menjelang Hari Raya Idul Adha, terjadi kekurangan
pasokan sapi bakalan karena para peternak ingin mendapatkan berkah tahunan
berupa naiknya harga sapi potong di hari raya kurban itu. Akibatnya,
terjadi fluktuasi harga yang cukup tinggi anatar kedua kondisi di atas.
Pada akhirnya, usaha penggemukan sapi potong tidak bisa mencapai skala
ekonomis.
Sebenarnya pemerintah sudah mengizingkan impor
sapi bakalan dari laur negeri. Namun, hanya para pengusaha besar yang
mampu mengakses kebijakan ini mengingat prosedur dan biayanya yang tidak ringan.
Karena itu, tidak mengherangkan bila sapi-sapi bakalan yang dipelihara bukanlah
sapi-sapi bakalan yang ideal dan hasil penggemukan tidak optimal. Untuk
memperbaiki kondisi perlu diupayakan perbaikan tatalaksana pemeliharaan serta
perencanaan usahanya
Keempat, masih belum adanya persepsi yang sama dari
para stakeholder dalam industri sapi potong. Hal ini
berimplikasi tidak adanya derap langkah yang sama untuk membangun industri
peternakan yang tangguh di tanah air.
Kelima, ada implikasi kekeliruan menafsirkan otonomi
daerah dari sementara pihak yang berakibat terjadinya ekonomi biaya tinggi
dalam usaha sapi potong. Otonomi daerah yang seharusnya diartikan juga sebagai
instrument untuk menggali potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dalam
prakteknya justru sebaliknya. Selain daripada itu terdapat beberapa hal lain
yang menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi dalam pengembangan usaha sapi
potong.
Keenam, semakin melemahnya penegakan hukum, disinyalir
telah mendorong keberanian beberapa pengusaha memasukkan daging secara illegal
dari negara-negara yang secara perundangan tidak diijinkan karena belum bebas
dari PMK(Foot and Mouth Desease). Hadirnya daging dengan harga yang
sangat murah dibawah harga daging dari sapi lokal ataupun sapi hasil
penggemukan usaha feedlot dalam waktu cepat atau lambat akan memukul industri
sapi potong dalam negeri.
Hal ini akan merupakan potensi ancaman hancurnya potensi
produksi sapi lokal. Hancurnya usaha peternakan sapi di dalam negeri akan
menyebabkan kerugian yang sangat mahal karena membutuhkan waktu dan biaya yang
sangat tinggi untuk recovery. Belum terhitung kerugian ekonomi dan sosial bagi
sebagian masyarakat khususnya di daerah pedesaan.Seperti dinyatakan oleh OIE (Organization
of International des Epizootica) bahwa PMK merupakan penyakit hewan yang
paling menular dan sangat berbahaya serta dapat mengakibatkan kerugian ekonomi
yang sangat besar bagi negara yang mengalami endemi.
Ketujuh, belum maksimalnya usaha untuk mengambil
kesempatan mengambil peluang memperoleh nilai tambah dari rantai peternakan
sapi potong khususnya dalam memproduksi berbagai produk daging baik untuk
keperluan dalam negeri ataupun ekspor.
Kedelapan, jaringan pemasaran produk sapi potong yang
belum mantap menyebabkan antara lain belum optimalnya konsumsi daging di
masyarakat.
Terakhir dan sangat penting adalah pengetahuan
tentang teknologi peternakan yang masih rendah. Sebenarnya ini adalah salah
satu masalah utama yang terjadi pada hampir semua peternak di Indonesia yaitu
rendahnya pengetahuan tentang cara beternak yang benar. Seringkali
ditemui di lapangan, seorang peternak tidak mengetahui waktu yang tepat untuk
mengawinkan sapi potongnya. Selain itu, pemberian pakan umumnya dilakukan
secara trial and error, tanpa tahu kandungan gizi bahan pakan yang
cukup.
Idealnya, para peternak harus selalu berusaha
untuk meningkatkan pengetahuannya dalam beternak. Mereka juga tidak boleh
ragu-ragu mempraktikkan pengetahuannya tersebut. Tanpa itu, sektor peternakan
di Indonesia tidak akan pernah mengalami kemajuan yang berarti, atau bahkan
semakin tenggelam.
Namun, pemilihan teknologi juga harus didasarkan
pada kemampuan para peternak. Penggunaan teknologi yang terlalu maju
justru menyebabkan para peternak mengalami kesulitan karena culture
shock. Penggunaan teknologi secara tepat guna lebih mungkin diterapkan
secara bertahap, misalnya penerapan seleksi bibit pada sapi lokal, kontrol
perkawinan, serta pengolahan dan penggunaan bahan pakan murah berkualitas.
![]() |
(Foto oleh Rio Dwisandy Studio) |
Lalu bagaimana langkah pendekatan untuk membangun industri sapi potong yang tangguh?
Dari gambaran ideal industri sapi potong dalam negeri dan
bertolak dari kondisi aktual serta berbagai kendala yang ada, beberapa langkah
pendekatan yang mungkin dapat dilakukan adalah antara lain :
Pertama, perlu adanya keputusan politik dari pemerintah
untuk membangun industri sapi potong dalam negeri khususnya untuk menangani
segmen hulu yang lebih spesifik lagi adalah pada usaha breeding sapi. Tanpa
adanya keputusan politik dengan segala konsekuensinya terlalu sulit bagi negara
kita untuk menjadi tuan di negara sendiri dalam industri sapi potong.
Namun demikian keputusan politik tidaklah cukup tanpa
dibarengi dengan kemauan yang besar dari para pelaku bisnis sapi potong baik di
segmen hulu maupun hilir. Dalam konteks pembibitan sapi potong, para investor
dipastikan tidak sanggup kalau mengambil kegiatan tersebut sebagai suatu
kegiatan bisnis karena di atas kertas ataupun dalam operasional dipastikan
usaha breeding sapi tidak feasible. Secara teknis usaha penggemukan sapi dengan
jangka waktu yang sangat pendek yakni sekitar 2–3 bulan sangat berbeda dengan
usaha breeding sapi yang membutuhkan jangka waktu yang sangat
panjang. Demikian pula kebutuhan lahan yang luas untuk
pembibitan secara komersial.
Berita terakhir seperti dilansir oleh berbagai media massa
bahwa pemerintah akan menyediakan dana untuk mensubsidi bunga untuk usaha
breeding sapi merupakan langkah yang pantas untuk kita acungi jempol. Namun
demikian perlu keputusan tersebut di kawal agar dapat menjadi realita. Perlu
pula dipertimbangkan bahwa keringanan bukan hanya dari bunga bank, tetapi
jangka waktu kredit dan grace period harus diperhitungkan
secara cermat agar program breeding sapi dapat berjalan.
Kedua, perlu adanya suatu kesamaan persepsi dari
seluruh stakeholder untuk membangun industri sapi potong untuk
kepentingan bersama termasuk konsumen daging agar memperoleh daging yang sehat
dan harga yang layak dan kompetitif. Efisiensi usaha saja tidaklah cukup. Masih
ada unsur lain yang dibutuhkan untuk tegaknya industri sapi potong yakni adanya
unggulan yang diyakini dapat memberikan nilai lebih dalam kompetisi.
Ketiga, semua unsur yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi
harus dihapuskan baik yang didukung dengan peraturan daerah ataupun yang
bersifat tidak resmi. Ekonomi biaya tinggi ini berakibat menurunkan efisiensi
usaha dan menurunkan daya saing yang tentunya akan mempunyai rangkaian ekses
dan implikasi.
Keempat, perlu adanya penataan dan peningkatan para
usahawan yang bermain di hilir untuk secara serius menggarap pasar dalam negeri
ataupun ekspor dengan inovasi-inovasi baru. Selain adanya nilai tambah yang
diperoleh, mantapnya segmen di hilir ini akan mempunyai dampak menghela segmen
hulu. Dalam konteks ini pemerintah perlu memberikan iklim yang kondusif bagi
investor dan ikut serta menggalang potensi yang ada di tanah air untuk
memperluas jaringan outlet bagi produk daging ataupun produk turunannya.
Berbagai kemudahan usaha dan juga dalam memperoleh kredit merupakan unsur yang
penting untuk memacu perkembangan di segmen hilir dalam industri sapi potong.
Kelima, bertolak kenyataan bahwa sejauh ini sebagian
kebutuhan daging dipenuhi dari impor, baik dalam bentuk daging ataupun sapi
hidup, maka yang perlu mendapat prioritas adalah bagaimana dapat diperoleh
nilai tambah yang maksimal dari komoditi yang di impor tersebut.
Apabila melihat angka impor sapi dan daging untuk memenuhi
kebutuhan daging dalam negeri, kita sementara dapat tarik kesimpulan bahwa
untuk swasembada dalam arti kata semua daging dipenuhi dari potensi lokal,
rasanya sangat berat dan membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Namun
demikian tidak berarti bahwa kita tidak berusaha untuk memperbaiki segmen hulu
dengan mengurangi ketergantungan kebutuhan sapi bakalan ataupun daging dari
luar negeri.
Oleh karena itu seperti telah disebutkan diatas, kita harus
mampu bertindak secara realistis dan mengupayakan agar komoditas yang kita
impor tersebut dapat di maksimalisasi nilai tambahnya dan bila mungkin menjadi
komoditas ekspor.
Keenam, kita harus dapat menampilkan unggulan di setiap
segmen kegiatan. Kita harus menyadari bahwa efisiensi dalam setiap segmen hulu
menjadi kunci keberhasilan dan kuatnya daya saing.
Tugas untuk membangun industri peternakan sapi potong yang
tangguh di tanah air bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali peluang di masa
lalu untuk membangun peternakan yang terlewat begitu saja. Berbagai proyek dari
hutang luar negeri tidak jelas hasilnya sampai saat ini. Namun demikian jumlah
penduduk yang sangat besar dan semakin meningkatnya sadar gizi dan tingkat
pendapatan sebagian masyarakat di yakini bahwa negara kita merupakan pasar yang
potensial bagi komoditas daging sapi.
Apabila kita tidak mampu memanfaatkan potensi dan peluang
pasar yang ada tersebut, dipastikan akan dimanfaatkan oleh negara lain selaras
dengan adanya semangat pasar bebas.
Pembibitan sapi baik untuk menghasilkan sapi untuk tujuan
konsumsi ataupun untuk mengembangkan sapi bibit merupakan satu keharusan. Namun
demikian, seperti yang disampaikan diatas, untuk kegiatan ini perlu adanya
suatu keputusan politik yang at all cost dari pemerintah.
Indonesia bangkitlah!
Favorite Meat Processing
Premium Class
100% Halal & HACCP Certified
"When meat gives you inspiration"
Address
Premium Class
100% Halal & HACCP Certified
"When meat gives you inspiration"
Address
Jl. Mertasari 88-89 Sidakarya, Denpasar - Bali, Indonesia
Tlp. 0361 725 378 / 723 666. Fax. 0361 725 372
Sosial Media
Fanpage: Favorite Meat Processing
Instagram: favorite.meat.processing
Website: www.favorite.co.id
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Bolavita menantang anda yang merasa jago dalam sabung ayam untuk memasang taruhan disitusnya yang dimana menyediakan siaran pertandingan adu sabung ayam pisau secara live di situs S128, Sv388. Dan bila anda berhasil menebak 8x menang secara beruntun, maka anda berHak mendapatkan Bonus 100% dari Total Taruhan yang anda pasang !
BalasHapus» Judi Online Ovo
» Judi Online Gopay
» Judi Online Pulsa
» Judi Online Linkaja
★ Bonus 100% (bila anda 8x menang secara beruntun)
★ Bonus Cashback Mingguan Hingga 10%
★ Bonus Deposit Pertama 10%
★ Bonus Referral 7% + 2% Seumur hidup
Tersedia Taruhan Online Sabung Ayam, Casino Live seperti Dadu, Roulette, Blackjack, Dragon Tiger, Baccarat (PlayerBanker), Bola, Tembak Ikan, Slot, Tangkas, Poker Dan masih banyak lainnya.
Pendaftaran Klik Link : http://159.89.197.59/register/
Kontak Resmi Kami Klik Link : https://linktr.ee/bola.vita
Kunjungi Juga :
» PROMO SABUNG AYAM ONLINE BONUS CASHBACK 10%
Info Selengkapnya Kunjungi : http://bolavitaonline.over-blog.com/2019/09/promo-sabung-ayam-online-bonus-cashback-10.html
» TARUHAN SABUNG AYAM LINKAJA
Info Selengkapnya Kunjungi : http://bolavitaonline.over-blog.com/2019/09/taruhan-sabung-ayam-pakai-linkaja.html
» Bandar Taruhan Piala Eropa Linkaja
Info Selengkapnya Kunjungi : https://pemainayam.hatenablog.com/entry/2019/10/20/Bandar_Taruhan_Piala_Eropa_Linkaja?_ga=2.227614366.225721647.1571745594-1568401800.1568770866
» Situs Judi Online Linkaja Terpercaya
Info Selengkapnya Kunjungi : https://rahasiadantips.blogspot.com/2019/10/situs-judi-online-linkaja-terpercaya.html
Linkaja88