Akuakultur untuk Kemajuan Perikanan Indonesia
Penulis: Rio Dwisandy Studio
Produk oleh Favorite Meat Processing - Bali
Tahun 2008 produksi perikanan nasional mencapai 8,6 juta ton. Produksi akuakultur mencapai 3,5 juta ton dan perikanan tangkap sebesar 5.1 juta ton. Kontribusi perikanan tangkap sebesar 5,1 juta ton berarti sekitar 83% perikanan laut Indonesia telah dieksploitasi penuh jika tolok ukurnya adalah MSY. Namun jika menggunakan perkiraan TAC, maka perikanan laut Indonesia telah mengalami kelebihan tangkap (over fishing).
Dengan batasan di atas, sebenarnya cakupan budi daya perairan sangat luas namun penguasaan teknologi membatasi komoditi tertentu yang dapat diterapkan. Di Indonesia, budi daya perairan dilakukan melalui berbagai sarana. Kegiatan budi daya yang paling umum dilakukan di kolam/empang, tambak, tangki, karamba, serta karamba apung.
Akuakultur bisa menjadi "penyelamat" bagi perikanan dan perekonomian tanah air. Akuakultur adalah salah satu sektor ekonomi yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi (di atas 7 persen per tahun), inklusif (banyak menyerap tenaga kerja dan mensejahterakan rakyat), dan berkelanjutan (sustainable).
Perlu juga dicatat, bahwa akuakultur bukan hanya menghasilkan protein hewani berupa ikan, moluska (kekerangan); dan krustasea (udang, lobster, kepiting, dan rajungan). Tetapi, juga rumput laut, teripang, invertebrata, dan ribuan jenis organisme perairan lainnya sebagai bahan baku (raw materials) untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat, film, bioenergi, dan ratusan jenis industri lainnya. Selain itu, marikultur juga bisa menghasilkan perhiasan yang sangat mahal seperti kerang mutiara. Dan, juga dapat berfungsi sebagai penyerap karbon, sehingga turut mencegah terjadinya pemanasan global (global warming).
Produk oleh Favorite Meat Processing - Bali
Ada beberapa wilayah
perairan termasuk perairan dengan kode wilayah 71 dan 57, yakni Pasifik
Barat Tengah (Western Central Pacific) dan Samudera Hindia Timur (Eastern
Indian Ocean). Wilayah dengan kode 71 dan 57 adalah wilayah perairan
Indonesia, serta Pasifik Barat Daya (Southwest Pacitic) dengan
kode wilayah 81 dan Pasifik Barat Laut (Nortwest Pacifi) dengan kode
wilayah 61.
Dari evaluasi FAO, bahwa
sumber daya ikan dunia telah dimanfaatkan penuh. Arti dari hasil evaluasi ini
bagi Indonesia adalah bahwa pembangunan perikanan tangkap ke depan tidak dapat
diekspansi lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Khusus untuk wilayah
perairan dengan kode 71 dan 57 secara keseluruhan telah mencapai puncak
pemanfaatannya. Kawasan barat dan selatan Indonesia adalah wilayah perairan
dengan kode 71, sementara kawasan timur dan utara Indonesia adalah wilayah
perairan dengan kode 57.
Gambaran tentang status
pemanfaatan sumber daya ikan di tingkat global atau regional tidak berbeda
dengan hasil penelitian tentang hal ini yang dilakukan di tanah air. Produksi
tangkapan ikan laut Indonesia tahun 2004 telah mencapai 4 juta ton atau sekitar
63% dari perkiraan MSY (Maximum Sustainable Yield, tangkapan
terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan) sekitar
6,4 juta ton. Dari data produksi agregat nasional ini, tampak bahwa produksi
ikan masih berada di bawah potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan.
Akan tetapi pada tolok
ukurnya bukan MSY melainkan TAC (Total Allowable Catch) yang
diperkirakan sekitar 5 juta ton, maka sebetulnya pada akhir tahun 1999 sumber
daya ikan laut Indonesia telah dimanfaatkan sekitar 74% dari potensi yang
tersedia.
![]() |
Salah satu bentuk usaha akuakultur di lautan. (Foto oleh www.multivu.com) |
Tahun 2008 produksi perikanan nasional mencapai 8,6 juta ton. Produksi akuakultur mencapai 3,5 juta ton dan perikanan tangkap sebesar 5.1 juta ton. Kontribusi perikanan tangkap sebesar 5,1 juta ton berarti sekitar 83% perikanan laut Indonesia telah dieksploitasi penuh jika tolok ukurnya adalah MSY. Namun jika menggunakan perkiraan TAC, maka perikanan laut Indonesia telah mengalami kelebihan tangkap (over fishing).
Tingkat pemanfaatan sumber
daya ikan laut yang telah mencapai 83% (Perkiraan MSY) sebenarnya telah
melewati batas maksimal jumlah ikan yang ditangkap, karena berdasarkan komitmen
Internasional mengenati perikanan yang dibuat FAO dalam CCRF (Code of
conduct for Responsible Fisheries) hanya sekitar 80% ikan yang boleh
ditangkap. Itu berarti perikanan laut Indonesia telah melewati batas 3% pada
tahun 2008.
Perkiraan MSY tidak
berbeda dengan kenyataan di lapangan. Perairan Laut Jawa, Selat Malaka, Selat
Makassar dan Laut Flores berindikasi telah mencapai status tangkap penuh (Full-Fishing)
atau bahkan tangkap lebih (Over Fishing). Selain itu, sumber daya udang
di Laut Arafura diindikasikan telah mencapai status tangkap penuh. Sumber daya
tuna dan cakalang di perairan utara timur Indonesia cenderung telah
dimanfaatkan secara penuh dilihat dari semakin berkurangnya produksi, semakin
kecilnya ukuran ikan yang ditangkap dan semakin jauhnya daerah penangkapan (Fishing
Ground).
Kondisi bahwa sumber daya
perikanan laut Indonesia telah dimanfaatkan secara penuh dapat juga dilihat
dari komposisi jenis ikan yang ditangkap, ikan yang berharga murah
dan yang lebih rendah derajatnya dalam rantai makanan (food chain)
mendominasi komposisi produksi ikan. Indikator yang paling jelas pada
akhir-akhir ini adalah munculnya ubur-ubur sebagai jenis hayati laut yang
tinggi produksinya.
Secara biologis, booming
(melimpah)-nya ubur-ubur ini adalah indikator bahwa pemangsanya, yaitu
ikan-ikan yang lebih besar dan lebih tinggi derajatnya dalam rantai makanan,
telah berkurang karena menjadi sasaran dan target penangkapan nelayan.
Melihat indikasi-indikasi
ini, sebetulnya perairan laut Indonesia dengan sumber daya ikannya telah berada
pada kondisi kritis (Nikijuluw 2002) kenyataan ini memaksa negara-negara di
dunia, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan produksi perikanan melalui
kegiatan akuakultur. Pada tahun 2007, produksi perikanan dunia mencapai 143
juta ton terdiri dari 91 juta ton berasal dari kegiatan penangkapan dan
52 juta ton dari usaha akuakultur. Ini berarti, kontribusi akuakultur
untuk produksi Perikanan dunia telah mencapai sekitar 36%.
Apakah akuakultur?
Akuakultur merupakan bentuk pemeliharaan dan penangkaran berbagai macam hewan
atau tumbuhan perairan yang menggunakan air sebagai komponen pokoknya.
Kegiatan-kegiatan yang umum termasuk di dalamnya adalah budi daya
ikan, budi daya udang, budi daya tiram, budi daya rumput
laut (alga).
![]() |
Kerang, salah satu hasil dari akuakultur. (Foto oleh www.nzgeo.com) |
Dengan batasan di atas, sebenarnya cakupan budi daya perairan sangat luas namun penguasaan teknologi membatasi komoditi tertentu yang dapat diterapkan. Di Indonesia, budi daya perairan dilakukan melalui berbagai sarana. Kegiatan budi daya yang paling umum dilakukan di kolam/empang, tambak, tangki, karamba, serta karamba apung.
![]() |
Teknologi akuakultur tergantung pada lokasi perairannya. (Foto oleh 3.bp.blogspot.com) |
Akuakultur bisa menjadi "penyelamat" bagi perikanan dan perekonomian tanah air. Akuakultur adalah salah satu sektor ekonomi yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi (di atas 7 persen per tahun), inklusif (banyak menyerap tenaga kerja dan mensejahterakan rakyat), dan berkelanjutan (sustainable).
Pasalnya, sebagai negara
maritim dan kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai 95.181 km
(terpanjang kedua di dunia setelah Kanada), Indonesia memiliki sekitar 24 juta
ha wilayah perairan laut dangkal (coastal waters) yang sesuai (suitable)
untuk usaha budidaya laut (mariculture) dengan potensi produksi lestari
sekitar 60 juta ton/tahun (terbesar di dunia) dan nilai ekonomi langsung (on-farm)
sekitar 120 milyar dolar AS per tahun.
Sekitar 3 juta ha lahan
pesisir (coastal lands) cocok untuk usaha budidaya tambak dengan potensi
produksi 30 juta ton/tahun dan nilai ekonomi on-farm 60 milyar
dolar AS/tahun. Sekitar 30% (60 juta ha) dari total luas lahan
daratan Indonesia (190 juta ha) berupa ekosistem perairan tawar, seperti
sungai, danau, bendungan, dan perairan rawa.
Dari 60 juta ha
perairan tawar itu, sekitar 5 persen (3 juta ha) cocok untuk usaha
akuakultur dengan potensi produksi 15 juta ton/tahun dan nilai ekonomi on-farm 22,5
milyar dolar AS/tahun. Belum lagi potensi usaha akuakultur di kolam air
tawar, sawah (mina-padi), saluran irigasi (dengan keramba tancap), dan
akuarium.
Dengan demikian, potensi
total produksi akuakultur lebih dari 105 juta ton/tahun dan potensi total
ekonomi on-farm usaha akuakultur di perairan laut, payau
(tambak), dan tawar (darat) lebih dari 202,5 milyar dolar AS/tahun, hampir sama
dengan APBN 2016. Kalau setiap ha usaha akuakultur memerlukan satu orang
tenaga kerja saja, maka total lapangan kerja on-farm yang bisa
disediakan sekitar 30 juta orang. Belum lagi nilai ekonomi dan tenaga
kerja yang bisa diserap oleh beragam kegiatan industri hulu dan industri hilir
(backward-and forward-linkage industries) dari bisnis akuakultur
tersebut.
![]() |
Daerah perairan yang luas bisa dimanfaatkan untuk akuakultur. (Foto oleh blogs.ntu.edu.sg) |
Perlu juga dicatat, bahwa akuakultur bukan hanya menghasilkan protein hewani berupa ikan, moluska (kekerangan); dan krustasea (udang, lobster, kepiting, dan rajungan). Tetapi, juga rumput laut, teripang, invertebrata, dan ribuan jenis organisme perairan lainnya sebagai bahan baku (raw materials) untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat, film, bioenergi, dan ratusan jenis industri lainnya. Selain itu, marikultur juga bisa menghasilkan perhiasan yang sangat mahal seperti kerang mutiara. Dan, juga dapat berfungsi sebagai penyerap karbon, sehingga turut mencegah terjadinya pemanasan global (global warming).
Jadi, akuakultur ini
memiliki banyak sekali manfaat. Bahan makanan dari laut akan lebih banyak yang
berguna juga bagi kesehatan masyarakat, seperti ikan yang mengandung omega 3
bahkan lebih sehat ketimbang mengkonsumsi daging sapi. Kemudian juga untuk
perekonomian yang manfaatnya bisa dirasakan, baik itu bagi pemilik perusahaan,
tenaga kerja yang mendapat pekerjaan, juga bagi masyarakat indonesia dimana
jumlah ikan yang banyak juga membuat harga yang lebih terjangkau.
Favorite Meat Processing
Premium Class
100% Halal & HACCP Certified
"When meat gives you inspiration"
Address
Premium Class
100% Halal & HACCP Certified
"When meat gives you inspiration"
Address
Jl. Mertasari 88-89 Sidakarya, Denpasar - Bali, Indonesia
Tlp. 0361 725 378 / 723 666. Fax. 0361 725 372
Sosial Media
Fanpage: Favorite Meat Processing
Instagram: favorite.meat.processing
Website: www.favorite.co.id
Komentar
Posting Komentar